Pages

Senin, 05 Desember 2011

Arigato

Special ficlet, canon universe

Inazuma Eleven © Level 5

"deg!"

detak jantungku makin tak beraturan. Emosi ini seolah akan meluap. Realita yang dikatakan pelatih Hibiki itu membuatku terguncang. Perasaanku tak beraturan...

"Kageyamalah yang telah membunuh kakekmu..."

Tidak. Itu tidaklah mustahil. Orang itu memang sangat membenci sepak bola. Membenci sepak bola yang sangat kusukai ini. Tapi... Apakah dengan alasan itu berarti dia berhak membunuh? Membunuh orang yang berharga bagiku?

"...." Aku membisu. Tertunduk sambil berusaha mengatur napasku. Kebencian mulai merasuki hatiku. Benci. Lebih baik kalau orang itu mati saja! Dia sudah menyakiti banyak orang! Dan itu hanya karena kebenciannya pada sepakbola. Tidakkah orang seperti dia memang tak pantas hidup di dunia ini?! Tidak, kebencian ini mulai membuatku buta...

"plok..."

"...?"

kurasakan sebuah tangan menepuk pundakku. Tangan hangat ini pasti miliknya. Kuangkat kepalaku yang tadinya tertunduk untuk menatap wajahnya. Shuuya, dia menatapku dengan ekspresi khawatir, namun kemudian mulai memaksa dirinya untuk tersenyum. Aku tahu bila kau tersenyum seperti itu pasti terasa sakit. Ya kan? Kau sendiri juga merasakan hal yang sama denganku. Adikmu koma karena perbuatan Kageyama. Tapi ditengah hal yang membuat frustasi seperti itu, mengapa kau masih memaksakan dirimu untuk tersenyum?

Tersenyum untuk membuatku merasa lebih baik...

Dan kau bukanlah orang yang biasa mengumbar senyuman. Karena itu, tiap senyumanmu terasa penuh arti. Melihat wajah itu, juga wajah seluruh temanku aku tak memiliki kuasa lagi untuk mengeluarkan amarah. Tak bisa, aku tak ingin menodai hal yang paling kusukai ini dengan dendam. Karena aku memiliki kalian semua, sebagai sahabat yang berarti...

Terimakasih...
Teman-teman, Shuuya...
Dan juga kakek...

Karena telah mengajarkan hal yang sangat berarti dalam hidup ini...

Sepak bola.

End.

A/N: Ah, ini sebenernya canon dari Inazuma Eleven yang pas mau lawan Zeus atau mana gitu. Pokoknya pas itu pelatih Hibiki ngomong kalau jii-chan Mamoru (yang aslinya masih hidup sehat wal afiat) dibunuh Kageyama.
Dan demi apa pula saia nge-post ficlet lama yang tertimbun di note fb ini ke blog. (blog buat penilaian pelajaran BI pulak!)
Aishiteru Yo
Special Ficlet
Shaman King © Hiroyuki Takei

Chara’s second POV


Hari-harimu berlalu seperti biasanya, tetap sama. Dengan berbagai macam keusilan dan tindakan jahilnya. Kau tahu bahwa ia sangatlah menyebalkan, namun nyatanya kau diam saja. Berusaha bersabar khusus untuknya.

Namun kadang kau lupa, akan betapa kecilnya ukuran kantong kesabaranmu. Ingatkah kau akan betapa marahnya dirimu ketika ia mengabisan botol terakhir dari susu favoritmu? Hampir saja ia mati bila Yoh tidak cepat turun tangan untuk menghentikanmu, dan ayunan kwan dao tajammu.

Dia memang menyebalkan.

Tapi nyatanya kau tak memungkiri kenyataan bahwa suatu saat ia bisa terasa begitu hangat. Di mana saat berada di sampingnya kau bisa menghilangkan segala penat. Kadang ia juga bisa menjadi begitu kuat. Mengorbankan dirinya demi menolong dan melindungimu, tanpa adanya satu pun syarat.

Tiap bersua ia selalu tak pernah lupa melempar senyum. Membuat tunduk segala macan yang mengaum. Samar-samar darinya tercium sebuah aroma mint yang harum. Dan tanpa sadar, senyummu telah terkulum

Namun tak selamanya ia akan ada di sana. Akhirnya ia memutuskan akan pergi, entah ke mana. Katanya ia akan belajar menjadi kuat sambil berkelana. Menyisakan jiwamu yang perih merana.

Air mata itu tak pernah terpecah menjadi sebuah tangis. Kau tak lagi berargumen dengannya, hanya memandang sinis. Meski sebenarnya kau juga ingin bersikap manis. Mungkin ini akan jadi akhir yang tragis.

Tunggu, kenapa kau hanya memutuskan untuk diam di tempat? Tidakkah kau juga ingin menjadi kuat? Atau kau ingin membiarkan agar hatimu terus tersesat? Tidakkah kau ingin mengungkapkannya, rasa yang selama ini hanya sekedar tersirat?

Bila kau punya kesempatan untuk mengejar, mengapa tidak kau raih saja dirinya, sang bunga es yang baru mekar?

"Ho-- chotto mate!"

Punggung itu berbalik, menampilkan sebuah lekuk wajah dengan sepasang mata obsidian yang terbaik.

"Ore wa... Wo ai ni." ucap sang pemilik mata emas dengan frekuensi suara yang rendah. Ia enggan untuk mengadah, menyembunyikan wajahnya di balik poni ravennya yang berpendar keunguan saat tertimpa cahaya, indah.

Yang baru saja mendapat pengakuan cinta hanya ternganga, menatap sang sahabat mungil dengan tatapan tak percaya. Bias, ia jadi tak yakin akan apa yang kini ia lihat, karena terangnya cahaya.

"Err, ano... ore... umm..." Yang berambut biru kehabisan kata-kata. Sesekali ia mencuri pandang lewat mata obsidiannya, menatap sang figur tercinta.

Dan jantungnya seolah dihantam truk ketika ia melihat wajah lawan bicaranya yang benar-benar bersemu merah, semerah darah.

"Aishiteru yo..."

Wajah mungil yang tertunduk itu langsung terangkat ketika sebuah kabar bahagia itu sampai di telinganya. Tangis tak lagi terbendung, tumpah sebagai sebuah air mata bahagia atas saksi bersatunya dua insan yang dipertemukan oleh cinta.

Kisah ini masih baru dimulai.

FIN

Owari, owari, owari, owari, owari, owari, iyeiyei! (plak!)
Eh apa sih? Kok saia bikin drabble romance gaje, dengan rima pula! 0_0
Haha, HoRen memang paling imuut~ X3
Asyik juga bereksperimen ama pair satu ini.

Dan...
Kay, pkokx gtu lah! (plak!)
Short Goodbye

Special ficlet, canon universe

Inazuma Eleven © Level 5

Mamoru's POV

Di senja yang gemerlap itu, kau memutuskan untuk pergi. Pergi meninggalkan tim kita, sesuai dengan perintah pelatih inazuma caravan. Tak ada yang setuju mengenai perintah itu, namun beberapa menyadari bahwa perintah pelatih adalah hal yang absolut. Aku tahu itu, dan harusnya aku tak menentangnya. Mengingat posisiku sebagai kapten.

Tapi... Entah kenapa kaki ini ikut berlari mengejar sosokmu yang pergi menjauh...

"Kau serius akan pergi dari Inazuma caravan?!" Aku berhenti tepat beberapa meter dibelakangnya, menatap punggungnya. Dia sama sekali tak menjawab, menoleh pun tidak.

"Aku tak bisa berjuang bersamamu..." Mata itu. Walaupun hanya sekilas, saat melihat pandangannya aku tak dapat berkata apa-apa. Semua ucapanku tadi seolah terpatahkan. Dia berkata seolah dia telah tak punya hak untuk berada di sini. Harusnya aku menariknya dan menyeret anak itu kembali, namun entah kenapa aku hanya terpaku membiarkannya menjauh...

"Berjanjilah kau akan kembali!" Ditengah kecengoan(?)ku, aku mulai membuat janji padanya. Dia terdiam, tetap berjalan menjauh tanpa menoleh sedikitpun. Mungkin ini sebuah janji yang kuputuskan secara sepihak, namun aku percaya padanya. Shuuya bukanlah orang yang akan melanggar janji kan?

Sebuah perpisahan. Mungkin ini bukan perpisahan yang baik-baik, namun ini bukanlah akhir. Janji itu akan jadi awal lahirnya kekuatan baru...

Inazuma Caravan

Hingga akan terlahir kekuatan baru dari persilangan antara api dan es.

FIN

A/N: Dan lagi-lagi ini memang ficlet lama yang menumpuk di note fb. Tentunya masih dengan canon universe. Ah, tahu nggak sih... mereka itu awesome! XD (plak!)

Ah sudahlah, mari kita akhiri saja ._.
A/N: Ahaduh, ini pertama kalinya ya saia ngepost fic ke grup ini. Kali ini adalah sedikit kisah emngenai kegalauan Shuuya yang terinspirasi dari kegalauan saia sendiri waktu mendapat berita tentang si ‘Goenji Wannabe’ yang ternyata memang asli Shuuya sungguhan. Ah, Level-5 kau sungguh becat... (plak!)
However, genre fic ini akan sedikit nge-twist. Di mana saia memmbuat dua drabble dalam satu fic yang menceritakan tentang dua sisi pada masa yang berbeda. Dan satu lagi hal yang penting: FIC INI DIIKUTSERTAKAN DALAM LOMBA! Dan juga saia mohon supaya jangan meng-copas fic ini tanpa ijin dari saia... ^^

And here we go! XD


Inazuma Eleven © Level 5

The Fallen Kuriboh’s Special Present

Mirai no Uta

“When the future create our new destiny”

Rate: T (for some deep part)
Pair: ShuuMamo (GouEndou)
Genre: Humor, Hurt/comfort, Angst, Friendship.
Feature: 2 drabbles of light and dark side
.
.
.


Normal POV

Iris hitam itu terpaku pada layar handphone-nya. Dengan sebelah alis yang terangkat dan yang satunya berkerut heran. Dengan bibir ternganga seolah akan jatuh ke tanah bila ia meneruskan bengongnya. Dengan sebuah artikel dalam handphone yang menyala dalam genggaman tangannya.

‘Masaka.... Ore no mirai....?’


Mirai no Uta
Light Side: Ten Year’s Promise

By Dika L.S


Raimon high school, tempat di mana hari-hari rutin nan biasa saja dijalani oleh seluruh muridnya. Belajar, bersenda gurau, menulis, membaca doujinshi yaoi(?), membuat fanart shonen-ai(???), dan belajar, belajar, belajar, dan belajar. Baiklah, mari kita lupakan saja kata belajar yang ternyata telah disebutkan lima kali dan mulai ceritanya.

Alkisah, duduklah tiga orang sahabat 3-top Raimon Eleven, yang mana mereka sedang menikmati waktu istirahat siang mereka di atap sekolah. Endou Mamoru, sang goalkeeper merangkap libero sekaligus kapten tim itu sedang melahap jatah makan siangnya bak kucing kelaparan. Kidou Yuuto, sang midfielder sekaligus ahli strategi tim ini menyeruput susu kotaknya dengan tenang nan damai seperti biasa. Sementara Goenji Shuuya, sang forward bergelar flame striker itu sibuk mengotak-atik keypad handphone-nya dengan jemarinya, mengabaikan jatah makan siangnya yang terbengkalai dan berakhir dengan raib dimakan Mamoru.

Dan dari ditulah monohisteria itu dimulai...




Shuuya’s POV

Tik... tik... tik...

Jarum jam itu terus berdetak.

Tik... tik... tik...

Dan waktu akan terus bergulir, membawa semua orang menuju jalannya masing-masing...

Tik... tik.. tik...

Kita berpisah, dan mengalami banyak perubahan.

Tik... tik... tik—

Begitu pun, apakah kau masih akan menepati janjimu untuk percaya padaku?

Ah, kau benar-benar menyebalkan.

—tik.

Dan kini waktu telah terhenti. Memberi kesempatan pada kita untuk bertemu kembali.

...Di persimpangan jalan yang sama sekali berlawanan arah ini.




Mirai no Uta
Dark Side: Ten Year’s Rebellion
By  Dika L.S


Derap langkahmu berdetak dinamis, untuk berlari menjangkau teritori yang tersemat di balik cahaya putihmu. Tangan kokoh itu terulur jauh, menggapai abstraksi angin yang terjangkau oleh genggamanmu. Rambut cokelatmu tersibak tanpa aturan karena campur tangan angin dan gerakan kacaumu. Matamu menatap nanar padaku. Antara kecewa, tidak percaya, dan kesedihan. Kemudian bibir yang biasanya selalu mengulum senyum itu tertarik ke bawah. Sambil menggigit pelan bibirmu kau memandangku dari sana. Dan dengan napas berat yang memburu, getaran suara dari tenggorokanmu mulai beresonansi dengan udara. Bibirmu terbuka, dengan suara yang bergetar....

“Goenji...? Kau Goenji kan?”

Ah, kau tidak melupakanku rupanya. Masih dapat ingat padaku meski sepuluh tahun berlalu tanpa bersua sekali pun. Endou, kau memang...

—menyebalkan.

“Goenji... kenapa kau melakukan semua ini?”

Kenapa? Kenapa katamu? Tentu saja aku melakukan ini semua demi keadilan yang selama ini kucari! Akulah yang menyelamatkan pergolakan dunia. Akulah yang akan menjadi cahaya bagi seluruh umat manusia. Akulah...

“Jawab aku, Goenji!”

Tidak. Tak ada alasan bagiku untuk menjawab peranyaanmu. Kau tak perlu bertanya, dan aku tak perlu menjawab. Karena kau berjanji untuk selalu mempercayaiku. Nee, Endou?

“Kh... tatap mataku! Kau bahkan tak berbalik untuk melihatku.”

Ah, suaramu bergetar. Kau pasti sedang menangis saat ini. Karena sedih? Marah? Kecewa? Kau menyesal bukan karena telah berteman denganku? Lalu kenapa tidak aku pergi berlalu sambil melupakan segala eksistensiku dan mengubur dalam-dalam segala peristiwa yang kita lalui bersama?

“Goenji... Goenji....”

Lagi, kau memanggil namaku. Cukup Endou, aku lelah. Aku sudah lelah atas keberadaanmu yang selalu merusak logikaku ini. Aku tidak butuh lagi semua kenangan-kenangan masa lalu. Itu semua tidak diperlukan. Bahkan dirimu sekalipu—

‘Namaku Endou Mamoru, kapten eskul sepakbola Raimon!’

Aku tidak membutuhkanmu.

‘Goenjiii! Sokka yarou ze!’

Aku tidak akan pernah lagi mengingat senyuman polos itu.

‘Kau memang selalu terlambat, Goenji!’

Aku tidak akan mendengarkanmu lagi.

‘Aku bersyukur karena kau bisa kembali ke sini.’

Aku tidak pernah ada bersamamu.

‘Sekarang dan seterusnya, kita akan tetap berteman!’

­kita akan lupa akan janji-janji itu.

‘terimakasih Goenji. Aku senang bisa berteman denganmu.’

.......

Aku pun senang karena bisa bertemu dan berteman denganmu. Karena itu aku harus melupakan segala kenangan dan janji itu. Karena aku harus membuang segala hal yang berarti bagiku.

Juga untuk dirimu yang paling berharga di hatiku.

Karenanya, Endou, jangan menangis. Jangan menunjukkan sisi lemahmu pada orang asing sepertiku. Jangan memanggil orang lain sepertiku dengan nama sahabatmu yang paling berharga. Endou, aku memang harus membuang segalanya. Namun aku tidak akan takut. Karena aku tahu bahwa kau akan terus menyimpannya untukku.

Maka dari itu, jangan lagi...

“Don’t cry...”

Tetesan bening itu berhenti jatuh tatkala kau mendengar sebuah suara dalam yang merasuk dan melelh di dalam hatimu, mengobati segala rasa rindu yang melapuk karena tergeming selama sepuluh tahun di tempatnya. Wajahmu terdongak, dengan menaruh sedikit harapan dan mengumpulkannya pada peredaran darahmu kemudian memaksakan aliran darah sehingga pipimu merona sebagai dampaknya. Bibir itu terucap, kembali dengan nama yang sama.

“Goenji—“

“No, aku bukan Goenji. Aneh, aku bahkan tidak mengenalnya.”

Ekspresi wajahmu mendadak kosong dan polos tatkala melihatku tersenyum formal. Tanpa mengunggu reaksi lebih lanjut darimu, aku kembali berkecap.

“Namaku Ishido Shuuji, pimpinan organisasi Fifth Sector. Senang bertemu denganmu, Endou-kantoku...”

Apakah kau akan percaya padaku, Endou? Kau telah berjanji bukan? Kau akan mempercayai Ishido Shuuji bila itu adalah permintaan seorang Goenji Shuuya kan? Kau tidak akan merah padaku atau pun berkhianat bukan?

Aku, saat ini pun masih percaya pada janjimu sepuluh tahun yang lalu...

Maukah kau menunggu hingga saat di mana tirai panggung ini akan ditutup dengan akhir pilihan kalian?

‘Seandainya ini bukan untukmu, aku tidak akan melakukannya... Endou’

Aku akan melindungimu. Pasti.

The End
Riku to Sora (author yg keracunan KH)

Tahukah kau,
Mengapa tiap kalinya aku selalu melihat langit?
Tak peduli ketika siang ataukah malam
Tak kuhirau apakah hati ini sedang gundah atau pun bahagia

...tidak.
Nyatanya aku tak dapat tersenyum bahagia
Karena kau tak ada di sisiku

Tahukah kau,
Tentang alasan mengapa aku terus menatap langit?
Tidakkah kau menyadari bahwa kaulah yang kucari?
Yang mungkin terselip di balik arakan awan
Mungkin juga bersembunyi di antara bintang-bintang
Atau tertidur di balik bayangan bulan

Aku mencarimu,
Mencari sosokmu di tempat yang kutahu bahwa kau tak mungkin ada di sana
Karena kau masih tertidur, nee?

Meski saat kau terbangun nanti, aku tahu kau akan mengejar bayangku

Tapi aku tak akan bisa menatap wajahmu
Tak bisa tertawa bersamamu
Tak bisa bertarung di sampingmu
Hanya melindungi dan mengawasimu
Dari kejauhan mata...

Karena itu, aku terus mencari sosokmu
Kenangan.

Karena kau adalah harapanku, 'langit'ku

Fin.

Heaeaaaa, ngaco berat.
Btw, Sora artinya langit kan? Kalau Riku artix daratan bukan ya?
Ah, pelepas stress. Pov Riku seru jga buat diacak2 terxta...
Haha, jumpa lagi dengan saia (yang entah berapa lama mengabaikan ini blog). Kali ini sedikit cuap-cuap tentang Vocaloid.

Apakah itu Vocaloid?

Pengertian berdasarkan pandangan orang awam (pengertian saia maksudnya): Vocaloid adalah sebuah software yang memungkinkan kita untuk menyanyi atau menciptakan sebuah lagu dan nyanyian tanpa harus buka mulut dan menggerakan pita suara.

Ah, nggak jelas ya? Coba dilihat dulu definisinya di wikipedia.

Vocaloid ini sendiri punya banyak jenis, dan kayaknya yang paling terkenal sih Hatsune Miku. Itu itu, sang project diva yang jadi produk pertama vocaloid ini. Software yang merupakan buatan Yamaha Crypton ini luar biasa terkenal di negeri asalnya sana. Secara gitu(Oh my bahasa gaul), Vocaloid ini benar-benar inovasi terbaru dan terhebat sepanjang sejarah permusikan dunia! Bayangkan saja, ini ada software yang bisa nyanyi berbagai jenis nada. Dari nada rendah sampai yang beberapa oktaf di atasnya, gokil tenan! Bahkan bisa menyanyikan nada suara tinggi yang hanya sedikit manusia bisa mencapainya.

Dasar sinting. /salah!

Kemudian saia beralih pada original songs dari Vocaloid. Ya, saia di sini tidak akan membahasnya secara mendetail dan khusus, namun hanya memberi beberapa tanggapan berdasarkan pandangan saia, setelah mendengarkan beberapa lagu Vocaloid tentunya.

Dari beberapa (baca: banyak!) lagu yang saia dengar dari Vocaloid, beberapa dan bahkan banyak memang cukup bagus. Paling demen ama Romeo and Cinderella. Ah, itu inspirasi banget. (plak!)

Ehem, back to the topic.

Secara umum, kualitas lagunya sih pada bagus-bagus. Meski ada beberapa yang saia ampe nggak sanggup ngikutin nyanyi saking njlimetnya nada-nada lagunya. Satu kata: TOP lah! XD (itu dua!)

Bicara soal kelebihan, tentunya di mata saia lagu-lagu itu juga ada sedikit kelemahannya...

Seperti yang saia sebutkan di awal, hebatnya Vocaloid itu adalah karena bisa meyanyikan lagu dengan nada yang setinggi langit(?). tapi menurut saia itu juga jadi sedikit titik lemahnya. Karena di telinga saia, pas para Vocaloid nyanyi dengan nada suara yang tinggi rasanya terdengar agak... ehem, sumbang. (jangan hajar saia! DX) Entahlah, mungkin telinga saia yang salah pendengaran. Tapi rasanya agak ‘maksa’ gitu suaranya. Bandingkan dengan lagu-lagu Vocaloid yang dinyanyikan dengan rentang suara yang normal (nggak ngambil yang terlalu rendah atau terlalu tinggi). Ajegile, keren banget! Sumpah, saia sampai muja-muja(?) Vocaloid itu ya karena lagu-lagunya yang kayak gitu! XDD

Nah, poin di atas itu yang dulunya nggak bisa bikin saia langsung suka ama Vocaloid. Tapi no prob lah, kan teknologi bakal makin berkembang! XD (ganyambung!)

Afterall, ini software cukup must have! XD (meski saia ga punya haha)

Oh, dan satu lagi kelebihan Vocaloid. Karakternya itu lhooo~ pada manis semua! XDD (yang jatuh cintrong ama para charanya)

Dan sedikit informasi tambahan, diam-diam fanfom Vocaloid di ffn cukuplah terkenal di golongan misc. Dan perlu kalian tahu, fic-fic gore di sana pada dewa! XDD (plak!)

...Hoho, saia sebenarnya sering main ke sana. Meski nggak selalu meninggalkan review. (plak!)

Nah, sampai di sini dulu. Terakhir...

AYO BERPARTISIPASI DALAM IFA 2011!!! XDDD

(maaf ga nyambung ._.)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pada masa dahulunya, bumi diciptakan untuk tempat tinggal manusia. Sebagai tempat berpijak dan bernaung bagi kaki-kaki itu. sebagai sumber daya yang menyerahkan jagadnya pada tangan-tangan manusia. Dengan menaruh harap agar ia akan dilindungi dan dijaga oleh para titisan Adam yang mengelana bebas di bumi tersebut.

Dulu, manusia berpihak pada alam. Mereka sangat mencintai bumi dan semestanya. Menaruh apresiasi pada seluruh makhluk dan benda yang diciptakan Tuhan untuk mereka. Hidup saling berdampingan, dan menjaga eksistensi dari euforia yang merupakan surga dunia ini.

Hingga akhirnya mereka berkhianat.

Era berevolusi, dan manusia menjadi makin sangsi. Mereka mulai menggerogoti bumi, tak ada lagi yang peduli. Dihancurkannya alam itu, dirusaknya keindahan itu. Terus dan terus, mereka mendekatkan dunia ini pada kehancuran. Hingga akhirnya ia mencapai titik kejengahannya.

Tahun 2013, terjadilah tragedi kiamat kedua di dunia.

Sebuah bencana terbesar kedua setelah tragedi punahnya dinosaurus. Yang mana menghancurkan sembilan persepuluh bagian dari bumi. Menyisakan segelintir manusia di tengah kondisi alam yang mati. Di tengah keadaan terlunta itu mereka merenung, berpikir atas dosa masa lalu yang mereka lakukan pada eranya.

kemudian manusia-manusia pilihan itu membangun kembali peradaban mereka. Dengan kembali berpedoman pada rasa cinta akan alam semesta. Dan di tengah perjalanan waktu, terkuaklah sebuah harta terpendam yang telah terkubur ribuan tahun lamanya. Sebuah sumber kekuatan yang begitu murni, tak akan pernah bertolak belakang dengan gradien alam. Ialah sebuah energi yang mampu bersinkronisasi dengan tubuh manusia. Datang kembali menghampiri peradaban.

Ialah... sihir.

Namun kisah ini tidak akan bercerita tentang masa penemuan dan pengamalan energi abstrak tersebut, melainkan akan melangkah beberapa masa setelah dunia ini kembali berputar dengan stabil. Dengan peradaban manusia yang didampingi oleh kekuatan sihir sebagai sebuah kewajaran, atau sebuah hak milik dan kewajiban mutlak. Sebuah kisah sempit mengenai sisi gelap hati manusia, dengan kolaborasi anggunnya bersama sihir.

Maka setelah membaca kisah ini, akankah kau masih bisa percaya pada manusia?

 
Copyright (c) 2010 The Risen Dimension. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.